logo blog

Selamat Datang Di Blog Sehat dan Cantik
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Sehat dan Cantik ini,
semoga apa yang kami share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Lupus

Lupus / SLE (systemic lupus erythemathosus) adalah suatu penyakit autoimun ketika kekebalan tubuh kita sendiri bereaksi berlebihan sehingga antibodi menjadi tidak terkendali. Antibodi dan sel darah putih seharusnya melindungi tubuh dari serangan bekteri, kuman dan virus, tetapi pada penderita lupus organ-organ tubuh justru diserang oleh sistem imun sendiri (autoimun) sehingga menjadi rusak. Orang yang menderita lupus disebut dengan “Odapus”.

Gejala Lupus
Gejala dari penyakit lupus yang perlu diwaspadai antara lain demam, lelah berkepanjangan, rambut rontok, pegal otot, sering sariawan, serta kepekaan yang berlebihan pada sinar matahari. Paparan sinar matahari langsung dapat meningkatkan kekambuhan penyakit lupus. Ciri yang paling mencolok adalah perubahan fisik seperti ruam merah pada wajah yang menyerupai kupu-kupu.

Penyebab Lupus
Selain disebabkan oleh infeksi virus dan paparan cahaya matahari (UV), diduga pemakaian jangka lama (lebih dari satu bulan) beberapa jenis obat-obatan seperti isoniazid, hydralazine, procainamid, metildopa, kaptopril, klorpromazin juga dapat meningkatkan angka kejadian terjadinya lupus. Lupus lebih sering terjadi pada wanita berusia 20-40 tahun (wanita usia subur) dibandingkan pada pria dengan rasio pria:wanita yaitu 1:10.

Cara Diagnosis Lupus
Sebenarnya tidak ada tes khusus ketika seseorang mengalami gejala dari penyakit lupus, akan tetapi ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan awal seperti konsultasi dengan dokter serta melakukan beberapa tes seperti: tes darah rutin, tes urinalisis, pemeriksaan autoimun seperti ANA (Anti Nuclear Anti-Body), X-ray pada dada, biopsis ginjal, test fungsi ginjal dan hati. Seseorang dinyatakan positif menderita penyakit lupus ketika menunjukkan hasil positif terhadap 4 kriteria dari 11 kriteria diagnosis Lupus.
Kriteria-kriteria tersebut dibagi menjadi 3 kelompok besar yang meliputi:
1. Kriteria untuk kelainan kulit yaitu ruam malar, lesi diskoid, fotosensitifitas, dan ulkus mulut
2. Kriteria sistemik yaitu artritis, serositis, gangguan renal, dan gangguan neurologi
3. Kriteria laboratorium seperti kelainan hematologik, kelainan imunologik, dan kelainan pada ANA
Tetapi bila dinyatakan positif terhadap 3 kelainan di atas bukan berarti negatif lupus, dan tetap harus dilakukan diagnosa terhadap hasil tes yang lain.

Pengobatan Lupus

A. Terapi Farmakologi
1. Obat Penghilang Rasa Nyeri
1. Obat penghilang rasa nyeri (NSAID) seperti parasetamol, aspirin, ibuprofen, dan naproxen biasanya digunakan untuk pengobatan arthritis (nyeri sendi) pada penderita lupus. Aspirin jarang digunakan karena memiliki angka kejadian hepatotoksik (toksik pada organ hati) tertinggi. Pada penggunaan jangka panjang obat-obat NSAID umumnya dapat menyebabkan pendarahan lambung, dan efek samping ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi obat tersebut setelah makan. Pasien SLE juga memiliki risiko tinggi terhadap efek samping NSAID pada kulit, hepar dan ginjal sehingga penggunaannya perlu dimonitoring dan berkonsultasilah dengan dokte / apoteker jika efek samping tersebut muncul.
2. Obat Antimalaria
1. Pemberian obat antimalaria pada odapus bertujuan untuk mengobati radang, nyeri, rasa lelah, leukopenia dan gangguan yang terjadi pada kulit (kulit kemerahan, lesi pada kulit, dan luka di sekitar area mulut). Obat yang biasa digunakan adalah hidroksiklorokuin yang merupakan lini pertama untuk pengobatan SLE ringan. Obat ini juga aman digunakan pada ibu hamil. Awalnya antimalaria diberikan pada dosis tinggi untuk mengurangi gejala yang tidak bisa diatasi dengan NSAID.
1. Dosis dan durasi penggunaan tergantung dari respon pasien dan toleransi terhadap efek samping. Dosis yang direkomendasikan adalah 200-400 mg / hari untuk hidroksiklorokuin. Efek samping penggunaan hidroksiklorokuin pada sistem syaraf pusat (SSP) diantaranya adalah sakit kepala, insomnia, kegugupan, dll. Selain itu rash, radang pada kulit, perubahan pigmen rambut dan kulit, muntah dan toksisitas ocular reversible (gangguan pada mata yang bersifat sementara). Karena kemungkinan adanya gangguan pada retina, pemeriksaan mata harus dilakukan di awal terapi dan setiap 6-12 bulan. Jika diketahui terjadi gangguan pada retina maka terapi antimalaria harus dihentikan atau dikurangi dosisnya.
3. Kortikosteroid
1. Kortikosteroid merupakan obat yang paling sering digunakan dalam terapi SLE, contohnya adalah prednisone dan metilprednisolon. Beberapa pertimbangan harus dilakukan sebelum menggunakan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan risiko yang ditimbulkan seperti osteoporosis (keropos tulang), penumpukan lemak pada leher bagian belakang dan wajah (wajah menjadi bulat), meningkatkan kadar gula darah sehingga tidak boleh digunakan pada penderita diabetes dan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terjadi infeksi. Prednison dosis rendah (10-20 mg / hari) digunakan untuk mengatasi gejala ringan SLE tetapi apabila gejala yang terjadi termasuk gejala yang berat maka dosis yang digunakan lebih tinggi (10-20 mg / kg /hari)
1. Terapi steroid jangka pendek dengan dosis tinggi dapat diberikan bagi pasien dengan gejala nefritis parah, gejala pada sistem SSP dan manifestasi hemolitik. Dosis yang digunakan biasanya adalah 500-1000 mg metilprednisolon i.v berurutan selama 3-6 hari dan diikuti dengan 1-1,5 mg / kg / hari prednison. Ketika gejala telah teratasi maka dosis harus diturunkan dan dipertahankan pada dosis terendah yang dapat memberikan efek. Penghentian obat ini tidak boleh dilakukan secara mendadak, tetapi dilakukan secara perlahan-lahan agar tubuh dapat melakukan penyesuaian.
4. Obat steroid-sparing
1. Obat ini digunakan untuk mengurangi dosis atau penggunaan dari kortikosteroid, diantaranya adalah
- Methotrexate
- Methotrexate efektif untuk pasien dengan penyakit pada kulit dan sendi, tetapi tidak efektif untuk pasien dengan penyakit yang mengancam organ.
- Cyclosporine A
- Merupakan penekan sistem imun (immunosupresif) yang memiliki efek samping paling sedikit, terutama digunakan pada Odapus yang mengalami kerusakan ginjal dan hipertensi.
5. Obat Imunosupresif (penekan imun)
1. Terapi penekan imun (siklofosfamid, azatioprin) dapat dilakukan untuk menekan aktivitas autoimun SLE. Obat-obatan ini biasanya dipakai ketika:
- Diagnosis sudah ditegakkan
- Adanya gejala-gejala berat yang dapat mengancam jiwa, gangguan neurologik SSP, anemia hemolitik akut.
- Kegagalan tindakan-tindakan pengobatan lainnya, misalnya bila pemberian steroid tidak memberikan respon atau bila dosis steroid harus diturunkan karena adanya efek samping.
- Tidak adanya kehamilan dan infeksi
1. Dosis siklofosfamid yang digunakan untuk terapi kombinasi adalah 1-3 mg / kg BB. Efek samping yang ditimbulkan dari obat ini adalah infeksi, komplikasi kandung kemih, kemandulan dan efek kecacatan pada janin. Azatioprin dapat juga digunakan sebagai kombinasi dengan kortikosteroid.

B. Terapi Non Farmakologi
a. Meminimalkan paparan faktor pencetus, seperti kelelahan, paparan sinar matahari secara langsung, stres, infeksi, obat-obatan pemicu SLE, diusahakan aktivitas banyak dikala sore hari.
b. Menjaga kondisi tubuh (makan makanan sehat dan teratur, olahraga ringan dll).
c. Melindungi sendi dari benturan.
d. Menghentikan kebiasaan merokok karena hydrazines dalam asap rokok dapat memicu terjadinya lupus.
e. Keluarga dan orang-orang terdekat selalu mendukung dan memberi pandangan positif.
f. Kontrol kondisi secara rutin ke dokter.

Data dan Fakta tentang Lupus
Penderita lupus di dunia dipercaya mencapai 5 juta jiwa. Penyakit ini kebanyakan menyerang wanita pada usia 15-50 tahun (usia masa produktif). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria.
Menurut data dari Yayasan Lupus Indonesia (YLI), jumlah penderita lupus di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 12.700 jiwa. Jumlah ini kemudian meningkat menjadi 13.300 jiwa pada tahun 2013.
Tanggal 10 Mei ditetapkan sebagai Hari Lupus Sedunia.
Lupus adalah penyakit autoimun. Artinya sistem kekebalan tubuh akan menyerang jaringan-jaringan dan sel-sel normal seperti sendi, kulit, ginjal, paru-paru, jantung, sistem saraf dan organ tubuh lainnya.
Lupus tidak menular bahkan melalui hubungan badan sekalipun. Anda tidak bisa tertular lupus dari orang lain dan Anda tidak bisa menularkan lupus kepada orang lain.
Lupus dianggap sebagai penyakit yang sulit dideteksi, karena gejalanya berbeda pada tiap orang. Gejala lupus akan meniru gejala-gejala penyakit lain, itulah lupus dijuluki sebagai “the great imitator”.
Lupus tidak mirip dan tidak ada hubungan dengan kanker. Kanker merupakan kondisi keganasan, suatu jaringan abnormal yang tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sedangkan lupus adalah penyakit autoimun.
Lupus tidak mirip dan tidak ada hubungan dengan HIV (Human Immune Deficiency Virus) atau AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Pada HIV atau AIDS, sistem kekebalan tubuh kurang aktif, sedangkan pada lupus sistem kekebalan tubuh terlalu aktif.
Gejala lupus berbeda-beda pada tiap orang, dapat timbul dan hilang. Beberapa diantaranya adalah nyeri sendi atau arthritis, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri dada saat mengambil napas dalam, rasa lelah yang hebat, demam tanpa sebab, gelisah, rambut rontok, sariawan, sensitif terhadap sinar matahari, ruam seperti kupu-kupu di atas pipi.
Lupus dapat menyebabkan peningkatan risiko masalah pada darah seperti anemia, volume darah rendah, trombosis, masalah pembekuan dan radang dinding pembuluh darah. Karena masalah ini, jaringan, sel, organ dan bahkan kematian tulang bisa terjadi.
Orang-orang dari semua ras dan etnis bisa terkena lupus.
Wanita dari kulit berwarna memiliki risiko dua hingga tiga kali lebih besar untuk mengidap lupus dibandingkan ras Kauk-asia.
Tingkat keparahan lupus bisa ringan sampai berat yang bisa mengancam jiwa. Penderita lupus harus selalu menapatkan perawatan medis. Dengan pengobatan yang baik, banyak penderita lupus yang bisa menjalani hidup secara normal.

Sumber: Tribun Jogja

Enter your email address to get update from Kompi Ajaib.
Print PDF
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »

Copyright © 2015. Sehat dan Cantik itu Mudah dan Murah - All Rights Reserved
Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger